Partograf
Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk
menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan
untuk mendeteksi jika ada penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga
menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk
menyelesaikan persalinan. Partograf
merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan
berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap
parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu (horisontal). Partograf dipakai untuk memantau
kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan
dalam penatalaksanaan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm fase aktif.
Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan
apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi.
PARTOGRAF
WHO
Sesuai standarisasi WHO (World Health Organization),
untuk digunakan di pelosok-pelosok negara berkembang atau miskin, supaya mudah
digunakan oleh pelayan kesehatan di sarana terbatas.Jika dinilai ada masalah
yang memerlukan intervensi, dapat segera diusahakan untuk dirujuk ke pusat
kesehatan yang lebih baik.
Dengan partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan
tindakan untuk menyelesaikan proses persalinan dengan :
1)
perlu/tidaknya dirujuk,
2)
perlu/tidaknya induksi infus oksitosin, danperlu/tidaknya
operasi sectio cesarea.
Penelitian partograf WHO dilakukan multisentral di
Indonesia (4 rumahsakit), Thailand (2 rumahsakit) dan Malaysia (2 rumahsakit)
selama 15 bulan (Januari 1990 – Maret 1991), menghasilkan modul / form
partograf yang sekarang banyak dipakai di mana-mana.
·
Tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk:
• Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam.
melalui periksa dalam.
• Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal. Dengan dernikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
• Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir.
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
• Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir.
·
Partograf
digunakan:
• Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik
normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan da1am
memantau, mengeva1uasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik
normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan da1am
memantau, mengeva1uasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
• Selama
persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dll).
bidan swasta, rumah sakit, dll).
• Secara
rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya
•
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka
·
Partograf
tidak dibuat pada kasus-kasus :
• Partus
prematurus
• Pada
saat MRS pembukaan > 9 cm
• Akan
dilakukan seksio sesar elektif
• Pada
saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
• Bekas
seksio sesar 2 kali
• Bekas
seksio sesar klasik
• Kasus preeklampsia dan eklampsia.
partograf
digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk:
• Mencatat
kemajuan persalinan
• Mencatat
kondisi ibu dan janinnya
•Mencatat
asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
• Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
• Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu.
• Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
• Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
1.
Denyut jantung janin setiap 1/2
jam
2.
Frekuensi dan lamanya kontraksi
uterus setiap 1/2 jam
3.
Nadi: setiap 1/2 jam
4.
Pembukaan serviks setiap 4 jam
5.
Penurunan: setiap 4 jam
6.
Tekanan darah dan temperatur
tubuh setiap 4 jam
7.
Produksi urin, aseton dan protein
setiap 2 sampai 4 jam
Pencatatan selama fase aktif
persalinan
·
Halaman depan partograf mencantum bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur
dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pe¬meriksaan selama fase aktif persalinan,
a.
Informasi tentang ibu :
ü Nama,
umur ;
ü Gravida,
para, abortus (keguguran)
ü Nomor
catatan medik/nomor puskesmas
ü Tanggal
dan waktu mulai dirawat (jika dirumah :tanggal dan waktu penolongan pesalinan
mulai merawat ibu).
b.
Waktu pecahnya selaput ketuban
c.
Kondisi janin
ü DJJ
(denyut jantung janin)
ü Warna
dan adanya air ketuban
ü Penyusupan
(molase) kepala janin.
d.
Kemajuan persalinan
ü Pembukaan
serviks
ü Penurunan
bagian terbawah janin atau presentasi janin
ü Garis
waspada dan garis bertindak.
e.
Jam dan waktu
ü Waktu mulainya fase aktif
pers'alinan.
ü Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian .
f.
Kontraksi uterus
ü Frekuensi
dan lamanya.
Kontraksi
uterus dihitung per 10 menit, terbagi atas :
-
Kurang 20 detik : Tanpa arsiran
-
20-40 detik : Dengan arsiran
-
Lebih 40 detik : Dihitamkan
g.
Obat-obatan
dan cairan yang diberikan
ü Oksitosin.
ü Obat-obatan lailnnya dan cairan IV yang
diberikan.
h. Kondisi ibu
ü Nadi, tekanan darah dan temperatur
tubuh.
ü Urin (volume, aseton atau protein).
i.
Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya
(dicatat dalam kolom sisi partograf atau catatan kemajuan persalinan).
pengisian
halaman depan Pada Partograf
A.
lnformasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara
teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai:
jam atau pukul pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase
laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
Identitas meliputi :
- Tanggal – Hari pertama haid
terakhir
- Gravida – Taksiran parrtus
- Para – Nomor register
- Abortus
B. Kondisi
Janin
Bagan atas grafik pada partograf
adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin)
ketuban dan penyusupan (kepala janin)
1. Denyut
jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin
(DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tandatanda gawat janin).
Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka
di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan
100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas
160. untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran
normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu
dari kedua sisi partograf.
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan
100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas
160. untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran
normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu
dari kedua sisi partograf.
2. Warna
dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap
kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
• U : selaput ketuban masih utuh
(belum pecah)
• J : selaput ketuban sudah pecah
dan air ketuban jemih
• M : selaput ketuban sudah pecah
dan air ketuban bercampur mekonium
• D : selaput ketuban sudah pecah dan
air ketuban bercampur darah
• K :selaput ketuban sudah pecah
tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak
selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama
untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada
tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per menit) maka ibu harus
segera dirujuk Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke
tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
3.
Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar detajat
penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD). Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar detajat
penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD). Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.
0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah
+ : Tulang tengkorak saling
berdekatan
++ : Tulang tengkorak tumpang tindih
+++ : Tulang tengkorak tumpang
tindih dengan nyata.
Posisi kepala ditandai dengan
memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil.
Catat temuan yang ada di kotak yang
sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambanglambang
berikut: ini:
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 ; tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
berikut: ini:
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 ; tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling
tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
C. Kemajuan persalinan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
C. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf
adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka0-10 yang tertera di kolom
paling kiri adalah besamya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan
centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
Perubahan nilai atau perpindahan
lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan
dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah
janin tercantum arigka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus
menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin,
kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah
janin tercantum arigka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus
menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin,
kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
1. Pembukaan
serviks
Dengan menggunakan metode yang
dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tandapenyulit).
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan
darisetiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai
dengan lajur
besamya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemerikasaan dalam yang dilakukan pertama kali selama masa fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh.
besamya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemerikasaan dalam yang dilakukan pertama kali selama masa fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh.
Friedman membagi persalinan dalam 2
fase, yaitu :
1.
Fase
I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm.
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm.
2.
Fase
II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit,
sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit,
dilanjutkan
setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara. Pembukaan mulut rahim
dicatat dengan tanda “X”. Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase
aktif, tanda “X” diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya
pasien ditulis dibawah tanda “X”. Apabila pembukaan mulut rahim ketika
pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian masuk kedalam fase
aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara. Pembukaan mulut rahim
dicatat dengan tanda “X”. Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase
aktif, tanda “X” diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya
pasien ditulis dibawah tanda “X”. Apabila pembukaan mulut rahim ketika
pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian masuk kedalam fase
aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
Untuk menentukan seberapa jauh
bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1. HI : Sama dengan pintu atas panggul
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1. HI : Sama dengan pintu atas panggul
2. HII : Sejajar dengan H I melalui
pinggir bawah simfisis pubis
3. HIII : Sejajar dengan H I melalui
spina iskiadika
4. HIV : Sejajar dengan H I melalui
ujung tulang koksigeus.
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.
Perhatikan:
• Pilih angka pada tepi kiri luar
kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya
pembukaan serviks pada fase aktif
persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
• Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari
hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai
dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau
titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)
• Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari
hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai
dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau
titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)
2.
Penurunan bagian terbawah janin
Setap kali melakukan periksa dalam (setiap
4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tandatandapenyulit). Cantumkan hasil
pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian
terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian
terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks mencapai 7 cm.
terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus
dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan
angka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai cantah, jika hasil pemeriksaan palpasi kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka
tuliskan tanda "0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus
angka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai cantah, jika hasil pemeriksaan palpasi kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka
tuliskan tanda "0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus
3.
Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimanapembukaan lengkap diharapkan terjadi
jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kakuatau inersia uteri
hipotonik, dll).
Pertimbangkan perlunya melakukan
intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya : persiapan rujukan ke fasilitas
kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana
penyulit atau gawat darurat obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan
(berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah
kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu diakukan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis
bertindak terlampaui.
D. Jam dan
waktu
1. Waktu Mulainya Fase Aktif
Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan
serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan satu jam
sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2. Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian
Di bawah lajur kotak untuk waktu
mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatatwaktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu
tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di
bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase
aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu
aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa
dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada
pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
3. . Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf,
terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" disebelah
luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30
menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang
terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia
dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi . Sebagai
contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian
pada 3 kotak kontraksi
Keterangan: Kontraksi uterus dihitung per 10 menit, terbagi atas :
- Kurang 20 detik : Tanpa arsiran
- 20-40 detik : Dengan arsiran
- Lebih 40 detik : Dihitamkan
F. Obat-Obatan
Dan Cairan Yang Diberikan
Dibawah lajur kotak observasi
kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.
1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah
dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume
cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Hal yang diperhatikan :
- Jumlah unit per 500 cc
- Jumlah tetesan per menit
2. Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan
tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
G. Kesehatan
dan Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada
halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan
kenyamanan ibu selama persalinan.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian
partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
• Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
• Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau
diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
• Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
• Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau
diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
2. Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlahjproduksi urin
ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkernih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu
berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
H. Asuhan,
pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan
klinik di sisi luar kolom partograf,atau buat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktusaat membuat catatan persalinan Asuhan, pengamatan dan/atau
keputusan klinis Pencatatan
pada lembar belakang Partograf
·
Halaman belakang partograf
merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan
dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I
hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).
·
Itulah sebabnya bagian ini
disebut sebagai Catatan Persalinan.
·
Nilai dan catatkan asuhan yang
diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk
memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat
keputusan klinik yang se¬suai.
·
Dokumentasi ini sangat penting
untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pe¬mantauan kala IV (mencegah
terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang
sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk
menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang
dan bersih aman.
Catatan
persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
1.
Data dasar
2.
Kala I
3.
Kala II
4.
Kala III
5.
Bayi baru lahir
6.
Kala IV
Cara pengisian
l:
·
Berbeda dengan halaman depan yang
harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi
setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan
persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampai¬kan menurut
unsur-unsurnya sebagai berikut.
1). Data dasar
· Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada
saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau
dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
1. Tanggal :………………………………………………….
2. Nama Bidan : …………………………………………
3. Tempat persalinan : ………………………………
Rumah
ibu
Puskesmas
Polindes
rumah sakit
Klinik
swasta
Lainnya : ..........
4. Alamat tempat persalinan :………………………
5. Catatan :
rujuk, kala I / II / III / IV6.
Alasan merujuk : …………………………………….
7. Tempat rujukan : …………………………………….
8. Pendamping
pada saat merujuk :Bidan temanSuami dukunKeluarga tidak a
2). Kala I
Kala I terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan
tersebut. Untuk pertaanyaan no. 9, lingkari jawaban yangsesuai. Pertanyaan
lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalampersalinan.
Pertanyaan kala
I :
9. Partograf melewati garis waspada :
Y/T
10. Masalah lain, sebutkan : …………………………
11. Penatalaksanaan masalah tersebut : ………
12. Hasilnya : ………………………………………………
3). Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi,
pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya.
13. Episiotomi :
Ya, indikasi ……………………………………………….
Tidak
14.
Pendamping pada saat persalinanBidan suamikDukun tidak adaTeman15.Gawat janinYa, tindakan yang dilakukan :
a.…………………………………………………………
b.…………………………………………………………
c.…………………………………………………………
15. Distosia
bahu :Ya, tindakan yang dilakukan :
a.…………………………………………………………
b.………………………………………………………..
c.…………………………………………………………
Tidak
17. Masalah lain, sebutkan : ……………………….
18.
Penatalaksanaan masalah tersebut : ……..
19. Hasilny : …………………………………………………
4). Kala III
Kala III terdiri dari lama kala
III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus,
plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia
uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi
jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping
jawaban yang sesuai.
Pertanyaan
pada kala III
20. lama kala III : ……………… menit
21. Pemberian oksitosin 10
U I.M. ?
Ya, waktu : …………………….. menit
sesudah persalinan
Tidak, alasan :
……………………………………………………..
22. Pemberian ulang
oksitosin (2X)
Ya, alasan : ……………………………….
Tidak23. Penegangan tali
pusat terkendaliYa
Tidak, alasan :
……………………………………………………..
24. Rangsangan taktil (pemijatan)
fundus uteri ?Ya
Tidak, alasan :
……………………………………………………….
25. Plasenta lahir lengkap (intak) : ya / tidakJika
tidak lengkap, tindakan yangdilakukan :
a.……………………………………………………………………
b.………………………………………………………………………
26. Plasenta tidak lahir > 30
menit : Ya / TidakYa, tindakan :
a. ……………………………………………………………………….
b.………………………………………………………………………
27. laserasi :Ya, dimana
……………………………………………………………. Tidak
28. Jika laserasi perineum, derajat : 1 / 2 / 3 / 4Tindakan :Penjahitan, dengan / tanpaanestesi
Tidak dijahit, alasan :
………………………………………………
29. Antonia uteriYa, tindakan :
a. ……………………………………………………………………….
b. ………………………………………………………………………
c.………………………………………………………………………
Tidak
30. Jumlah perdarahan : …………………………..
ml
31. Masalah lain, sebutkan ………………………………………
32. Penatalaksanaan masalah tersebut : ……………………
33. Hasilnya : ………………………………………………………………
5). Bayi baru lahir
·
Informasi tentang bayi baru lahir
terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi
baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di
samping jawaban yang sesuai.
34. Berat badan ………………………. Gram
35. Panjang …………………………. Cm
36.
Jenis kelamin : L/P37. Penilaian bayi baru lahir : baik/ada penyulit
ü
Menjaga bayi tetap hangat
ü
Mengatur posisi bayi
ü
Menghisap lendir
ü
Keringkan dan rangsang taktil
ü
Mengatur posisi kepala bayi dan bungkus bayi
ü
Lakukan penilaian
38. Bayi lahir (setelah no. 37 dilakukan) :
·
Bernapas normal, tindakan :
- Letakkan
bayi pada dada ibu
- Selimuti bayi bersama ibunya
- Anjurkan ibu
untuk segera menyusui bayinya
·
Bayi tak bernapas, megap-megap atau menangis lemah,
tindakan:
Lakukan
ventilasi :
- Pasang
sungkup
- Lakukan ventilasi percobaan (2 X)
- Lakukan
penilaian :
Dada bayi tidak mengembang :
ü Periksa
posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara bocor
ü Periksa
posisi kepala, bila salah perbaiki posisi menjadisetengah ekstensi
ü Periksa
adanya sumbatan oleh cairan atau lender di mulut,lakukan pengisapan ulang bila
ada sumbatan
Bila dada bayi menembang ; lanjutkan ventilasi
-Lakukan ventilasi 20-30 X dalam 30 detik, lakukan
penilaian :
Bila bayi mulai bernapas normal :
ü Hentikan
ventilasi secara bertahap
ü Pantau
kondisi bayi secara seksama
Bila bayi belum bernapas atau megap-megap Teruskan
ventilasi 20-30 X dalam 30 detik
-Hentikan
ventilasi dan lakukan penilaian ulang setiap 30 detik
Bila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2-3 menit
resusitasi:
ü Teruskan
ventilasi dengan interval 30 detik
ü Siapkan
rujukan bayi bersama ibunya
-Bila bayi tidak bernapas sesudah ventilasi 20 menit,
pertimbangkanuntuk menghentikan
resusitasi
39. Pemberian ASI
Ya, waktu : ……………………………………..jam setelah bayi lahir
Tidak, alasan
………………………………………………………………………
40. Masalah lain, sebutkan :
…………………………………………………….
Hasilnya ……………………………………………………………………………
6). Kala IV
Kala IV berisi data tentang
tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kan¬dung kemih dan
perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai
apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian
peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah
melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom
sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV
pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).
No comments:
Post a Comment