hujan bintang

Saturday, July 13, 2013

Asuhan Dan Pemantauan Kala IV


ASUHAN DAN PEMANTAUAN KALA IV
Satu jam setelah kelahiran membutuhkan observasi yang cermat pada pasien. Tekanan darah, kecepatan denyut nadi, dan kehilangan darah harus dipantau dengan cermat. Selama waktu inilah biasanya terjadi perdarahan masa nifas, biasanya karena relaksasi rahim, tertahannya fragmen plasenta, atau laserasi yang tidak terdiagnosi. Perdarahan yang samar (misalnya pembentukan hematoma vagina) dapat muncul sebagai keluhan nyeri pelvic. Oleh karena itu bidan tidak boleh meninggalkan pasien pada masa ini.
Persalian kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kal IV, bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.
Yang dilakukan setelah plasenta lahir adalah :
·         Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan kuat.
·         Evaluasi tinggi fundus uteri (TFU) dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Pada umumnya fundus uteri setinggi pusat atau beberapa jari dibawah pusat.
·         Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
·         Periksa kemungkinan adanya perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum.
·         Evaluasi keadaan umum ibu.
·         Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah dilakukan penilaian.

1.      MELAKUKAN RANGSANGAN TAKTIL (MASASE) FUNDUS UTERI
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri :
1.      Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
2.      Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam, perlahan serta rileks.
3.      Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri.
4.      Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh.
a.       Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh.
b.      Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untu memastikan tidak ada bagian yang hilang
c.       Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan tidak adanya kemungkinan lobus tambahan.
d.      Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.
5.      Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi dengan bai, ulangi masase fundus. Ajarkan pada ibu dan keluarga cara melakukan masae fundus uteri sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
6.      Periksa kontraksi uterus tiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit satu jam kedua pascapersalinan.
2.      EVALUASI DAN PEMANTAUAN
A.    Tinggi Fundus Uteri
Setelah pengeluaran plasenta, uterus biasanya  berada pada garis tengah ari abdomen kira-kira 2/3 antara sympisis pubis dan umbilicus atau berada tepat di umbilicus. Uterus yang berada di atas umbilicus merupakan indikator adanya penggumpalan darah di dalam uterus. Uterus yang dijumpai berada diatas umbilicus dan agak menyamping, biasanya kekanan, menunjukan bahwa kandung kemih sedang penuh an harus di kosongkan. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus tergeser dari posisinya an menghalanginya berkontraksi sebagaimana mestinya, engan demikian memungkinkan terjadinya perdarahan yang lebih banyak. Uterus seharusnya terasa keras bila diraba. Uterus yang lembek, berayun menunjukan bahwa uterus dalam keadaan tidak berkontraksi dengan baik., dengan kata lain mengalami atonia uteri. Atonia uterus merupakan penyebab utama dari perdarahan segera setelah persalinan.
B.     Pemeriksaan Cerviks, Vagina, dan Perineum
Segera setelah bidan merasa yakin bahwa uterus telah berkontraksi dengan baik, ia harus memeriksa perineum, vagina bagian bawah, serta serviks apakah ada cedera, perdarahan, benjolan hematoma, laserasi dan luka berdarah, serta mengevaluasi kondisi dari episiotomi jika memang ada. Apabila pada saat pemeriksaan jalan lahir tampak perdarahan sebagai tetesan yang terus menerus atau memancar, perlu dicurigai adanya laserasi vagina atau serviks atau adanya pembuluh darah yang tidak diikat.
3.      MEMPERKIRAKAN KEHILANGAN DARAH
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah seringkali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain, atau sarung. Tak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui perhitungan jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah  bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya. Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter darah. Jika dara bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, kesadaran menurun, serta tekanan darah sistolik ibu menurun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50 % ari jumlah total darah ibu (2000-2500 ml). Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala IV melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.
4.      LASERASI ATAU EPISIOTOMI PERINEUM
Tujuan menjahit laserasi atau luka episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis). Pada saat menjahit laserasi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostatis serta untuk memperkecil kemungkinan terkena infeksi.
Macam- macam penjahitan :
a.       Episiotomi Medialis
Mula- mula otot perineum kiri dan kanan dirapatkan dengan beberapa jahitan. Kulit perineum dijahit dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat dilakukan terputus-putus atau secara jelujur. Benang yang dipakai untuk menjahit otot adalah catgut chromic, sdang untuk kulit perineum adalah benang sutera.
b.      Episotomi Mediolateralis
Dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Panjangnya kira-kira 4 cm, tekhnik menjahit sama pada luka episiotomi medialis. Hasil penjahitan harus simetris.
c.       Episiotomi Lateralis
Dimulai dari arah lateral mulai dari kira-kira pada arah jam 3 atau jam 9 menurut arah jarum jam. Tekhnik penjahitan sama dengan luka episiotomi mediolateralis.
5.      EVALUASI KEADAAN UMUM
Pantau tanda-tanda vital ibu antara lain tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan dilakukan selama kala IV persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta. Seterusnya kemudian dievaluasi lagi setiap 15 menit sekali hingga keadaannya stabil. Suhu ibu diukur sedikitnya sekali dalam kala IV dan dehidrasinya juga harus dievaluasi. Denyut nadi biasanya berkisar 60 – 70 x / i. Apabila denyut nadi lebih dari 90 x / i perlu dilakukan pemeriksaan dan pemantauan yang terus menerus. Jika ibu menggigil tetapi tidak ada infeksi (ingat bahwa peningkatan suhu dalam batas 2◦ F adalah normal) hal tersebut akan berlalu jika bidan mengikui beberapa langkah dasar. Berilah kehangatan pad ibu, berilah rasa kepastian mengapa ia menggigil dan berilah pujian tenteng kinerjanya dalam persalinan, ajari ibu untuk mengendalikan pernafasan. Kadang- kadang suhu apat lebih tinggi dari 37,2 ◦ c akibat dehidrasi dan partus yang lama. Jangan gunakan kain pembebat perut selama 2 jam pertama atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut menyulitkan penolong untuk menialai kontraksi uterus secara memadai.
6.      MENDOKUMETASIKAN ASUHAN KE DALAM PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu yang digunakan untuk memantau kemajuan persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
·         Mencatat hasil observsi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
·         Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal, juga mendeteksi kemungkinan partus lama.
·         Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yng diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicacatkan secara rinci pada ststus atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Partograf harus digunakan :
·         Untuk semua ibu alam fase aktif kala I persalinan dan merupakan elemen penting dalam asuhan persalinan.
·         Selama persalinan di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik, Rumah Sakit dll)
·         Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.

No comments:

Post a Comment